PDM Kota Pariaman - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Pariaman
.: Home > Berita > Ekspedisi Museum Muhammadiyah Goes to Sumatera Barat

Homepage

Ekspedisi Museum Muhammadiyah Goes to Sumatera Barat

Selasa, 11-09-2018
Dibaca: 907

jurnalsumatra,sumbar,pariaman

Tim Ekspedisi MuseumMu foto bersama di depan rumah Buya Ilyas di Pariaman, tokoh yang membawa Muhammadiyah ke Pariaman. (foto: doc.tim)

 

PARIAMAN, Sumbar, jurnalsumatra.com – Menjadi perempuan itu istimewa. Sikap dan bahasanya luwes. Pemikirannya lembut dan cara berkomunikasi pun lebih bisa diterima. Karenanya, menyenangkan banyak perempuan kehadirannya memberi warna. Seperti Widiyastuti, cicit KH Ahmad Dahlan.

Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, beberapa waktu lalu mulai melakukan perjalanan ke luar daerah dalam rangka mendirikan Museum Muhammadiyah.

Kita ketahui, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mendapat tugas Kemdikbud RI untuk membangun Museum Muhammadiyah seluas 2.000 meter persegi dengan lima lantai di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Biaya pembangunan museum itu berasal dari pemerintah, sedangkan isinya dari Muhammadiyah.

Beberapa museum yang dikunjungi memberikan inspirasi. “Kita ingin membangun museum secara on the track. Dalam waktu satu tahun kita harapkan selesaikan pembangunannya,” kata Hj Widiyastuti, SS, M.Hum, yang menambahan tahun 2019 akan diresmikan.

Sebelumnya, tim Museum Muhammadiyah dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersama Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah melakukan workshop museum content management ke sejumlah museum.

Perjalanan Wakil Ketua Bidang Museum dan Kearsipan, Hj. Widiyastuti, dimulai dari masjid sejarah Muhammadiyah di Pariaman, yang didirikan tahun 1929.

Masjid ini bersebelahan dengan surau dagang yang dulunya menjadi tempat berkumpul para pedagang saat hari pasaran di Pariaman. “Dari sinilah paham Muhammadiyah berkembang ke Pariaman dan Sumatera Barat,” terang Widiyastuti.

Perjalanan itu kemudian dilanjutkan untuk mengunjungi tiga tempat yang menjadi saksi  perjuangan tiga orang ulama besar Pariaman: Buya Oedin, Buya SDM Ilyas dan Buya Kasim Munafi.

Di tempat inilah, menurut Widiyastuti, relasi dengan Buya Hamka sering terjadi. “Karena memang mereka sangat sering berkumpul untuk berdiskusi tentang agama dan Muhammadiyah,” terang Widiyastuti.

Satu fakta menarik ditemukan Widiyastuti di tempat ini. Ternyata, yang menikahkan Soekarno dengan Fatmawati adalah Buya Oedin, ketika beliau berada di Bengkulu. Kemudian, perjalanan Widiyastuti berlanjut ke PP Prof Hamka. Dan perjalanan menuju lokasi tersebut sangat elok dan heroik. “Namun begitu sampai kita berasa berada di peradaban baru,” kelakar Widiyastuti.

Perjalanan berlanjut ke Museum Buya Hamka yang merupakan tempat kelahiran beliau. Sebelumnya, Widiyastuti sempat mampir ke surau kecil yang selalu menjadi jujugan (tujuan) Buya Hamka. “Di museum ini, kita mendengar banyak hal tentang Buya Hamka,” tandas Widiyastuti, yang berdoa mudah-mudahan salah satu tongkat beliau bisa menjadi koleksi MuseumMu.

Perjalanan diakhiri dengan mengunjungi makam, mushola dan rumah Buya Tuo atau Haji Rasul ayah Buya Hamka. Di tempat di tepi Sungai Maninjau ini, kembali Widiyastuti dicengangkan dengan koleksi buku karya beliau yang masih dalam tulisan tangan Arab-Melayu, yang tersimpan rapi dalam perpustamaan beliau.

“Alhamdulillah, perjalanan saya sangat banyak yang kita dapatkan untuk memperkaya narasi MuseumMu yang akan dirumuskan,” tandas Widiyastuti, yang tetap semangat meski capai.

Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah melakukan penyusunan rencana pembangunan Museum Muhammadiyah, baik dari sisi bangunan maupun konten yang akan menjadi isian museum.

Museum Muhammadiyah diharapkan akan menjadi museum yang layak untuk dikunjungi, baik sebagai wahana edukasi dan rekreasi. Namun juga sebagai pusat riset tentang dinamika gerak persyarikatan Muhammadiyah. (Affan)

 

sumber: jurnalsumatra.com

 

 

Kiri: Scan dokumen lama milik Buya Kasim Munafi Pariaman. Kanan: Penyerahan dokumen dari ahli waris Buya Kasim Munafi kepada Museum Muhammadiyah. (foto: doc.tim)

 

Tim MuseumMu berkunjung ke rumah Buya Oedin, teman karib Buya Hamka, salah satu tokoh perintis Muhammadiyah di Sumatera Barat.

 

Rumah Buya Hamka yang sekarang menjadi Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka, terletak di tepian Danau Maninjau, Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Rama Kabupaten Agam. Gambar video dapat dilihat disini: Youtube

 

Koleksi buku Buya Tuo atau dikenal juga sebagai Haji Rasul, yakni Buya Haji Abdul Karim Amrullah, adalah ayah kandung Buya Hamka. Di rumah Buya Tuo ini selain makam dan surau, ada perpustakaan yang koleksinya masih asli.

 

Kunjungan Tim Museum Muhammadiyah ke Kompleks Perguruan Muhammadiyah Kauman Padangpanjang, terima oleh pimpinan Muhammadiyah Padangpanjang dan pimpinan Madrasah Kulliyatul Muballighin Muhammadiyah (KMM) Kauman Padangpanjang, sekolah Muhammadiyah pertama kali di pulau Sumatera, yang dirintis oleh DR Haji Abdul Karim Amrullah (Ayah Buya Hamka), Buya AR Sutan Mansur, SY Sutan Mangkuto, pada tahun 1930. 


Tags: Ekspedisi Museum Muhammadiyah, Majelis Pustaka dan Informasi
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: Museum Muhammadiyah



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website